Kamis, 03 Juli 2014

Budaya antar Ajong Sambas

BAB I
PENDAHULUAN
 
      A.    Latar Belakang
Didalam kehidupan kebudayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh dengan pola hidup yang di anutnya. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Indonesia adalah Negara yang terdiri dari banyak pulau-pulau mulai dari Sabang sampai Merauke. Dengan banyaknya pulau tersebut, secara otomatis Negara Indonesia akan memiliki berbagai macam suku. Dimana setiap suku-suku tersebut memiliki banyak perbedaan mulai dari bahasa, kebudayaan, kepercayaan, kesenian dan banyak lagi hal-hal lainnya. Dengan banyaknya perbedaan ini kita harus saling mengghargai dan menghormati agar tidak terjadi hal-hal tidak kita inginkan seperti saling bermusuhan karena tidak adanya rasa persatuan.
 Indonesia memiliki satu semboyan yaitu “Bhineka Tunggal Ika” , semboyan ini telah ada sejak dahulu dan telah dihayati dan diamalkan oleh seluruh rakyat Indonesia sehingga sampai sekarang seluruh rakyat Indonesia dapat hidup secara berdampingan dengan segala perbedan yang dimilikinya.
Sebagai warga Negara Indonesia kita seharusnya merasa bangga dengan banyaknya perbedaan ini. Sebagai salah satu wujud kebanggaan itu, kita sebagai wagra Negara Indonesia sekaligus sebagai generasi penerus bangsa ini hendaklah mengetahui berbagai budaya-budaya yang kita miliki tersebut, agar budaya yang kita miliki tidak hanya menjadi sebuah cerita yang terdapat dalam sebuah buku cetak atau hanya  di dengar dari mulut ke mulut dari orang-orang terdahulu tanpa pernah kita sendiri melihat ataupun melakukannya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh Negara Indonesia yang telah ada sejak dahulu. Khususnya tentang salah satu budaya yang ada di Desa Tanah Hitam Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat yaitu Antar Ajong.


     B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas ?
2.      Bagaimanakan persiapan hingga prosesi budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas ?
3.      Apa makna yang terdapat dalam budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas ?

     C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui bagaimanakah budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas.
2.      Mengetahui bagaiman persiapan hingga prosesi budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas.
3.      Mengetahui apa makna dan peran budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas.



BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas
Sambas adalah nama salah satu Kabupaten yang teletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas ini memiliki luas wilayah 6.395,70 km² atau 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat).
Di Kabupaten Sambas ini terdapat sebuah kecamatan yaitu Kecamatan Paloh. Kecamatan Paloh ini merupakan kecamatan pantai yang berada di wilayah perbatasan yaitu berbatasan dengan Negara Malaysia Timur (Serawak) dengan luas wilayah ± 1.697,30 H. Salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Paloh ini yaitu Desa Tanah Hitam.
 Desa Tanah Hitam ini merupakan desa yang tidak jauh dari pesisir pantai.
Adapun salah satu kebudayaan yang terdapat di Desa Tanah Hitam Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas ini adalah kegiatan Antar Ajong. Kegiatan Antar Ajong ini biasanya dilakukan di salah satu pantai yang ada di sana yaitu pantai Tanah Hitam .
Menurut Awang Bujang (74), seorang pawang senior di Kecamatan Paloh, Antar Ajong sudah dilakukan masyarakat setempat sejak Zaman Kerajaan Majapahit, sebelum Kesultanan Sambas berdiri. Waktu itu, secara periodik masyarakat mengirimkan atau mengantar upeti kepada Kerajaan Majapahit berupa hasil-hasil bumi menggunakan perahu lancang kuning (Ajong). Setelah Kesultanan Sambas berdiri, pengiriman upeti tersebut tidak dilakukan lagi ( pontianakpost.com/berita).
Dengan kata lain, masa awal munculnya Antar Ajong ini adalah bentuk hubungan pemerintahan dengan kerajaan Majapahit, yakni sudah menjadi lumrah jika suatu wilayah yang telah dikuasai sebuah kerajaan, maka rakyat di wilayah taklukannya tersebut harus patuh pada segala aturan dari kerajaan. Salah satu aturan tersebut adalah membayar upeti pada pihak kerajaan.
Selain itu, amanah dari para leluhur bahwa tradisi ini jangan sampai hilang, maka seiring waktu, makna dari Antar Ajong tersebut mengalami pergeseran. Antar Ajong menjadi sebuah ritual yang dilakukan untuk menghindarkan masyarakat dari segala hal negatif seperti wabah penyakit, hama tanaman yang merajalela dan bencana alam. Ritual ini juga sebagai pertanda dimulainya masa bercocok tanam padi. (pontianakpost.com/berita)
Kegiatan Antar Ajong ini dilakukan setiap satu tahun sekali yaitu pada setiap pertengahan tahun antara bulan Juni sampai Juli.

B.        Persiapan Hingga Prosesi Budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh sambas.
Adapun persiapan hingga prosesi budaya Antar Ajong ini yaitu :
1.       Persiapan Ajong dengan Musyawarah dan Permohonan Doa
            Melalui masyarakat yang dituakan maka dilakukan musyawarah masyarakat untuk menentukan hari atau tanggal pelaksanaan Antar Ajong. Apabila telah disepakati maka masyarakat secara bersama-sama mempersiapkan segala perangkat yang diperlukan khususnya untuk mencari kayu atau pohon di hutan kampung yang tepat untuk dijadikan bahan Ajong tersebut.
            Dalam menentukan pohon tersebut terlebih dahulu dilakukan renungan oleh tetua untuk mendapatkan petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa dengan melakukan pembacaan doa bersama. Apabila kayu tersebut sudah ditemukan maka dilakukan pengasapan atau pembersihan kayu tersebut dari roh-roh yang jahat, dengan harapan agar kayu tersebut tetap mampu membawa segala beban yang terdapat dalam Ajong tersebut.
            Dalam upacara ini benda-benda lambang dipercaya memiliki kekuatan guna maksud tertentu. Pembuatan Ajong tersebut dilakukan oleh masyarakat secara bergotong royong dari mulai memotong, membelah bahkan hingga mengecat serta memberi bentuk layar Ajong tersebut. Ajong yang didesain seperti layaknya perahu layar tersebut juga diisi dengan beberapa muatan seperti telur ayam, ratteh, beras kuning dan sebagainya (pontianakpost.com).
            Selain itu, sehari sebelum Ajong diantar didahului oleh kegiatan yang disebut ratib, yaitu suatu kegiatan mengagung-agungkan Asma Allah disertai doa selamat dan doa tolak bala (sambas.go.id/news). Kegiatan ratib ini merupakan salah satu hasil dari pengakulturasian ajaran Islam ke dalam tradisi lokal yang sebelumnya sangat kental dengan unsur dari kepercayaan Hindu. Sebab, proses Islamisasi yang dilakukan pada zaman Kesultanan Sambas sangat menghargai eksistensi tradisi lokal tersebut.

2.      Upacara Besiak
            Pada malam harinya dilanjutkan dengan acara mengisi Ajung, yaitu ajung diisi dengan bermacam-macam wabe atau hama penyakit. Baik penyakit untuk tanaman, ternak maupun penyakit yang bisa menjangkit kepada manusia. Inilah yang disebut masyarakat setempat dengan upacara besiak.
            Menurut Awang Bujang, Besiak adalah sebuah kegiatan untuk menangkap roh-roh jahat penguasa hal negatif guna dimasukkan ke dalam Ajong. Proses penangkapan roh jahat tersebut juga dilakukan dengan menggunakan roh-roh (baik) penguasa alam gaib di kawasan setempat yang merasuki pawang.
            Beberapa pawang yang didampingi "peradi" (asisten pawang yang menjadi jembatan komunikasi dengan roh) pun sudah siap dengan pakaian khusus berwarna kuning dan perlengkapannya. Pemain musik gendang, gong dan rebana pun telah bersedia. Tampak satu tong besar air yang dicampur dengan berbagai jenis bunga-bungaan di depan para pawang. Air ini nantinya akan digunakan warga untuk merendam benih padi sebelum ditanam.
            Tak lama kemudian, upacara dimulai yang ditandai dengan pembakaran kemenyan oleh peradi sambil mengambur-hamburkan ratteh (padi yang di buat seperti pop corn) dan beras kuning ke sekeliling penonton. Lalu, dimulailah proses pemanggilan roh. Ketika memanggil roh, peradi dan pawang bersahut-sahutan melantunkan syair dan lagu khusus yang diiringi dengan pukulan gendang dan alat musik lainnya.
            Sebelum syair habis dilantunkan, tiba-tiba terjadi perubahan pada sang pawang. Tubuhnya berkelojotan sesaat dan matanya nanar. Itu diyakini sebagai pertanda bahwa tubuhnya telah disusupi oleh roh. Peradi kemudian berkomunikasi dengannya dan menyatakan maksud pemanggilan. Roh baik yang datang itu diminta untuk "menangkap" roh-roh jahat dan memasukkannya ke dalam Ajong.
            Pawang yang sudah dirasuki roh itu terkadang bertingkah aneh-aneh. Ada kalanya ia memanjat di atas atap rumah, pohon dan sebagainya. Setelah itu, ia akan mengelilingi Ajong sambil menaburkan ratteh atau mengipasinya dengan mayang pinang. Biasa pula ia minta dihibur dulu dengan nyanyian dan tarian. Tak heran dalam prosesi ini, beberapa penari raddad memang telah disiapkan. Uniknya, di sini penari raddad yang ditampilkan terdiri atas ibu-ibu yang telah berumur, bukan para remaja.
            Pada kegiatan budaya Antar Ajong ini, dari awal persiapan penentuan kapan waktu antar Ajong sampai penari raddad sekalipun yang lebih diutamakan adalah mereka yang dituakan. Selain mereka lebih berpengalaman dan memahami betul prosesi tradisi ini, ini juga merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan bagi tetua atau sesepuh. Pepatah melayu mengatakan, “mereka lebih dulu makan garam”. Artinya merekalah orang yang berpengalaman dalam tradisi ini.
            Pawang biasanya dirasuki oleh beberapa roh. Ini diketahui dari pengakuan roh yang meminjam tubuh pawang. Ketika ditanya peradi, ia memperkenalkan diri dengan nama yang berbeda-beda. Tak jarang juga ditemukan penonton yang ikut-ikutan dirasuki roh.
             Upacara baru dinyatakan selesai setelah roh tersebut menyatakan bahwa semua roh jahat yang ada dan potensial mengganggu telah ditangkap dan dimasukkan ke dalam Ajong. Dengan demikian, Ajong-ajong itu sudah siap untuk dihanyutkan ke laut.

3.       Ritual Pelepasan Ajong Ke Laut

Apabila Ajong sudah selesai dilaksanakan, maka dilakukan penurunan Ajong pada parit kecil sebagai wujud pengadaptasian untuk mengarungi lautan luas. Waktu dilakukan pelepasan Antar Ajong kelautan lepas, terlebih dahulu semua Ajong-ajong punya masyarakat itu disusun secara sejajar di pinggir pantai dengan corak dan warna yang sangat bervariasi.

Karena kegiatan Antar Ajong sudah merupakan tradisi masyarakat Paloh, maka seluruh masyarakat petani khususnya di daerah tersebut akan datang berduyun untuk menyaksikan prosesinya yang untuk mengetahui bagaimana perjalanan Ajong-ajong tersebut menuju lautan lepas.

Namun sebelum Ajong dilepas terlebih dahulu diantar dengan tradisi joget dan bahkan pencak silat yang diiringi dengan bunyi-bunyian gendang tradisional masyarakat setempat.

Usai acara hiburan tersebut dan setelah mendapatkan instruksi dari pawang, para pemilik Ajong lalu memanggul Ajong mereka masing-masing. Dengan aba-aba berupa Shalawat Nabi, mereka berlari sejadi-jadinya menuju laut. Pelepasan Ajong harus dilakukan secara serentak oleh pemilik Ajong, Ajong tersebut digiring ke bibir laut yang selanjutnya akan terbawa arus menuju lautan lepas. Mereka baru kembali ke daratan setelah Ajong dinilai aman berlayar.

Proses perjalanan Ajong-ajong tersebut mempunyai arti yang apabila waktu dilepas mengalami tingkat kesulitan untuk berlayar maka diasumsikan masih adanya rasa belum keikhlasan begitu juga sebaliknya apabila Ajong tersebut melaju secara cepat dengan tanpa hambatan maka diasumsikan bahwa masa tanam masyarakat akan mengalami masa jayanya.

Tujuan umum dari tradisi Antar Ajong adalah merupakan proses mengantarkan sementara para pengganggu tanaman-tanaman padi yang akan ditanam oleh masyarakat agar dapat pergi dalam sementara waktu. Prosesi Antar Ajong ini ada tiga fase yaitu:

a.       Fase yang pertama prosesi Antar Ajong seperti yang disebutkan di atas.

b.       Fase kedua adalah masa pemberiatahuan dari penghuni Ajong yang biasanya ada isyarat enam bulan kemudian yang intinya memberitahukan bahwa sudah saatnya musim panen dilakukan, dan ini akan diiringi dengan masa makan emping (padi yang dioseng sebentar lalu ditumbuk sampai berbentuk pipih dengan penumbuk padi (alok)).

c.       Fase ketiga adalah masa antar upeti ke Istana dengan bahan-bahan seperti beras kuning, beras pulut, retih, emping dan padi yang jumlahnya serba sedikit sebagai syarat budaya Antar Ajong ini.  Keesokan harinya baru Ajong diturunkan diluncurkan ke laut dengan maksud membawa bermacam-macam wabah penyakit dan bagi desa yang ditinggalkan menjadi aman dan tentram mendapatkan rizki yang berlimpah dari Tuhan (hasil panen yang berlimpah).

C.       Makna dan Peran Budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas

Paloh Sebagai salah satu kawasan pesisir di Kabupaten Sambas dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Ini terbukti dari hasil tangkapan ikan dari para nelayan, lahan yang cukup subur terutama untuk perkebunan dan pertanian sehingga memungkinkan masyarakat di sana memilih bekebun dan bertani. Dengan alam yang begitu potensial tersebut sudah sewajarnya masyarakat setempat bersyukur kepada Pencipta alam ini.

Namun, kekhawatiran terhadap musibah yang melanda, wabah dan penyakit, kegagalan panen akibat hama dan berbagai gangguan terhadap desa mereka masih muncul disebagaian masyarakat ini. Berbagai cara mereka lakukan untuk menanggulangi berbagai gangguan tersebut.
Bagi mereka yang masih percaya bahwa segala gangguan itu bersumber dari roh-roh jahat yang menyebar di beberapa penjuru desa seperti di hutan, laut, gunung dan sebagainya maka salah satu tradisi lokal yang masih dilakukan adalah Antar Ajong.
Awang Bujang menerangkan, inti Ritual Antar Ajong ini adalah mengumpulkan roh-roh jahat untuk kemudian mengirimnya pergi berlayar. Hal ini dilakukan agar roh-roh jahat penguasa segala hama, wabah dan bencana itu tidak mengganggu warga berikut sawah ladang serta kebunnya. Sebagai kompensasi, warga memberikan bekal yang diperlukan roh itu selama berlayar berupa ratteh, beras kuning, garam, pisang, kelapa, kue cucur, ketupat dan barang-barang keperluan lain yang dibutuhkan rumah tangga.
“Bekal itu hanya cukup untuk sembilan bulan. Jadi, mereka (roh-roh jahat) itu akan kembali lagi setelah sembilan bulan," katanya. Namun, hal tersebut tidak akan menjadi masalah karena masa panen sudah selesai (padi tahunan yang berumur sekitar delapan bulan). Untuk menghibur roh-roh jahat itu supaya tidak marah atau merajuk, maka dibuatlah emping beras.
"Inilah sebabnya mengapa orang-orang dulu membuat emping yang kemudian diletakkan secukupnya pada alat-alat yang digunakan ketika bertani atau berkebun (cangkul, arit, parang dan lain-lain). Dengan begitu, roh-roh yang dikirim berlayar tidak akan marah," jelasnya. Proses yang sama diulang kembali ketika memasuki musim tanam tahun berikutnya. "Istilahnya, roh-roh jahat itu dibuat kecele," timpal Joko Waluyo. Untuk menentukan kapan Ritual Antar Ajong dimulai, ternyata tidak sembarangan. Terlebih dahulu harus ada wangsit atau alamat yang diterima oleh pawang dari alam gaib.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Antar Ajong dikenal masyarakat setempat sebagai salah satu media pengecoh roh-roh jahat yang menguasai lingkungan sekitar desa (pontianakpost.com).
Adapun peran dari di adakannya Antar Ajong ini yaitu:
1.    Dengan diadakannya Antar Ajong, masyarakat dapat mengetahui musim tanam padi yang sesuai dan tepat menurut kepercayaan setempat. Selain itu, kegiatan ini telah dijadikan masyarakat untuk mempererat hubungan silaturahmi di antara mereka. Dapat disaksikan dari persiapan Antar Ajong diawali dengan musyawarah antar tetua masyarakat, begitupula dimulai dari pencarian bahan Ajong, pembuatan, penyeiaan sesajian, sampai upacara ritual pelepasan Ajong ke laut itu semua dilakukan secara bergotong-royong antar desa.
2.   Selain itu, Antar Ajong telah menjadi sarana hiburan menarik baik bagi masyarakat setempat maupun masyarakat luar. Bahkan tradisi ini dapat digali dan dijadikan sebagai aset wisata yang menjanjikan sehingga imbasnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Paloh. Paloh menjadi salah satu tempat yang dikenali dengan ikon Antar Ajongnya. Di sela-sela acara tahunan ini masyarakat dapat berjualan sehingga menambah pendapatan mereka.
Pemerintah berwacana untuk mengemas tradisi Antar Ajong ini menjadi sebuah potensi wisata yang menjanjikan. Di luar momen ritual ini, direncanakan akan diadakan sebuah festival Antar Ajong yang menampilkan utusan dari seluruh desa di Kecamatan Teluk Keramat dan Paloh. Kegiatan ini diyakini akan dapat menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Sambas ( pontianakpost.com/berita/).






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa Antar Ajong merupakan salah satu tradisi lokal pada masyarakat Paloh. Tradisi ini muncul akibat pengaruh dari kekuasaan kerajaan Majapahit sebelum Kerajaan Islam memasuki Sambas. D  an telah mengalami pergeseran sehingga terdapat unsur agama Islam didalamnya.
Antar Ajong menjadi salah satu ritual tahunan masyarakat Paloh. Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, tradisi ini memiliki makna dan tujuan tersendiri. Antar Ajong telah mengalami pergeseran makna seiring zaman berlalu. Adapun tujuan utamanya adalah sebagai media penghibur roh-roh jahat yang ingin menggagalkan panen para penduduk setempat.
Sebagai tradisi lokal yang turun-temurun, Antar Ajong memberikan warna tersendiri di dalam kehidupan masyarakat. Antar Ajong menjadi simbol kekeluargaan, persaudaraan, dan penghargaan pada masyarakat setempat. Sedangkan sebagai aset wisata, menurut pemerintah setempat tradisi ini sangat potensial dikembangkan dan dilestarikan tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

B.     Saran
Bagaimanapun bentuk kebudayaan yang kita miliki sudah tentu mengandung nilai-nilai luhur dari para pendahulu. Sebagai generasi harapan bangsa sepantasnya bersyukur dan menghargai hasil karya mereka. Dengan keberadaan ragam tradisi dan budaya ini maka bangsa Indonesia memiliki identitas tersendiri, memiliki tradisi, adat-istiadat yang jauh berbeda dan tidak ditemukan ciri khasnya di bangsa dan Negara mana pun.
Agar budaya Antar Ajong Masyarakat Paloh Sambas ini tidak punah dan menghilang kita sebagai generasi penerus kebudayaan tersebut hendaknya lebih memperhatikan dan melestarikan budaya Antar Ajong yang kita miliki untuk membanggakan generasi sebelum kita.


           
DAFTAR PUSTAKA
http://remajapaloh.blogspot.com/2012/06/pantai-tanah-hitam-paloh.html
http://remajapaloh.blogspot.com/2012/06/antar-ajong-budaya-orang-paloh-sambas.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar